Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2017

Poros

Pada ruang aku mencurigai waktu, Dan pada waktu, Aku khawatirkan ruang. Aku sempat mengira semua tentang ruang. Rumah, bukit sabana dan rayuan Edelweis melambai, Juga hamparan samudera serta ombak berkejaran menuju pantai. Atau kesempatan memilikimu. Utuh, Mengeja rupamumu Dari kaki sampai ujung rambutmu. Memuja parasmu, Duduk bersampingan. Sampai mata kita saling menerjemah rasa. Ternyata bukan, Nampak dari jendela kaca, Ruang, perlahan pudar. Hanya bersisa memar. Pula aku sempat mengira semua tentang waktu. Ketika setiap detik menggelitik. Menit membikin hati semakin terkait. Hingga jam berjaga, tanpa sadar aku tenggelam. Memar kian melebam. Ternyata bukan, Waktu sekedar berkisah. Melambat hanya karena kita tersirap. Dan berjalan cepat saat kita terpikat. Saat aku melesat cepat, waktu sirna sempurna. Plato, Ibrahim, Buddha, Sulaiman, Al-masih, Ghazali, Newton, Muhammad. Mereka menanggalkan ruang Mereka juga menanggalkan waktu. Mereka menafsirkan

Sejak Aku Mencintaimu

Tentang malamku berubah seluruhnya. Malamku ternyata kadang mendung, menyembunyikan Cakrawala, mendingin meski tak sampai membekukan. Malamku ternyata kadang terang, penuh cahaya Menyinari lembayung senjaku yang akrab dengan sirna. Malamku ternyata kadang hujan, membasahi Purnama rinduku yang terekam cerah di celah nyali. Malamku ternyata kadang senyap, mengajak Fajarku mendoakanmu lewat pendaran jejak. Sejak aku mencintaimu. Cerita pada malamku berubah seluruhnya. Sedari awalnya aku kira Malamku hanya tentang bulan dan bintang. Tentang bumiku berubah seluruhnya. Bumiku ternyata kadang gersang, Gagal menyerap air dan berbagi teduh serta riang. Bumiku ternyata ternyata kadang basah, Penuh harap tetumbuhanku pada dedaunanmu dengan absah. Bumiku ternyata kadang nestapa. Mengguncang dan membanjiri anganmu tanpa menyapa. Bumiku ternyata kadang diam. Merenungimu dari setiap kutub-kutub semayam. Sejak aku mencintaimu. Cerita pada bumiku ber

Udara

-Versi 1 Sayang, kamu pernah membayangkan Jika gunung dijadikan wakil Tuhan Di dunia? Melihat ketamakan dan keegoisan kita, Dia pasti segera menumpahkan Lahar panas beserta bebatuan Untuk membumi hanguskan. atau Laut menjadi wakil Tuhan Di dunia? Gelombang pasang dan Tsunami Pastilah sudah sudah meratakan Segala congkak dan kesombongan kita. atau Langit menjadi wakil Tuhan Di dunia? Mungkin sudah runtuh sejak lama, Karena benci dan curiga yang kita bina. Lalu udara berhenti menyapa. Untung-sialnya, Tuhan lebih percaya Pada kita. Manusia. -Versi 2 Aku tahu kau suka rona mawar, Sedang aku lebih kagum pada belukar. Bukan menjadi alasan untuk kita bertengkar Pun juga saling mencela. Sayang, soal kebutuhan kita sama Karena kita adalah sa-udara. -Versi 3 Tak peduli kau berada di belahan bumi mana, Udara selalu menyatukan kita, Mengabarkan rindu-rindu kita dengan gembira. -Versi 4 Sayang, maafkan aku. Bukan tamparanmu da