Setelah Sampai Rumah



Ada orang yang karena sandalnya hilang serasa
Lampu mercusuar mencuri pelabuhan pada sampan kehidupannya.
Ada orang yang sebelum sampai ke bulan
Tidak akan pernah berhenti meneruskan perjalanan.
Ada orang yang sebelum tahu isi hati berang-berang
Masih tetap berlari dan tak lelah berjuang.
Ada orang yang hanya memeluk guling sambil menatap keluar jendela,
Enggan melangkah karena terlalu banyak rasa takut pada belukar dan lara.
Ada orang yang menangis sambil tertawa kala hujan membasah,
Melemparkan ragu secara sporadis tanpa tahu cara berpasrah.
Ada orang yang senantiasa mengejar hadiah,
Seimbalan serta hak dari segala jerih payah.
Ada orang yang suka membangun rumah mewah,
Lalu dengan bangga meratakannya kembali dengan tanah.
Ada orang yang lebih suka menghabiskan sisa usia di puncak Himalaya
Atau memandang gemerlip bintang di samping piramida.
Ada orang yang hanya dengan sesuap roti
Sudah sangat memberi arti.
Ada orang yang muak dengan debu jalanan dan iba pada rintihan
Otot sendi dan urat syaraf mengencang penuh kesah,
Seketika ingat dan ingin segera pulang ke rumah.
Setelah sampai rumah....
Hanya berjumpa kasur empuk, kamar mandi nyaman,
Pakaian bersih serta selimut yang memberi hangat badan.
Batinnya bergejolak. “Ini bukan Rumah!”,
“Aku tidak menemukan hangatnya suasana,
Teduhnya rasa, dan murninya tawa gembira”
Batinnya bergejolak. “Ini bukan Rumah!”,
Ia hening.
Sepasang nafas mulai teratur dari dadanya.
Lalu ia bertanya.
“Benarkah aku sudah sampai Rumah?”

Brebes. Januari 2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketika Mempuisikan Kamu

Alasan Mencintaimu

Mari Bermain Tarik-Tarikan #2

Mari Bermain Tarik-Tarikan #7

Pendakian

Surat Terakhir

Sore Ketika Mendung Namun Tidak Jadi Hujan

Kisah Cinta

Manusia