Postingan

Rumah 2

Rumah – Dalam Renovasi Setelah sekian lama terjalin hubungan dengan para tetangga; ada yang berjalan dengan kebanggaannya, ada yang berjualan keperluan harian, dan ada yang senang menyendiri. Bisa sekiranya disimpulkan bahwa, mungkin karena adanya rumah, aku sebagai manusia menjadi lemah. Pertama, aku menjadi lebih lemah secara fisik; aku lebih rentan pada cuaca dingin dan juga terik. Aku lebih mudah terkena influenza, aku lebih mudah terpapar debu lalu menjadi gumpalan dahak dalam paru-paru, aku juga lebih mudah tergores benda-benda yang sebetulnya tidak terlalu berbahaya. Tubuh ku menjadi lebih manja. Ya meskipun ini semua adalah hasil evolusi industri yang besar-besaran; seperti kendaran yang mengurangi kerja otot, internet dan computer yang mengurangi kerja otak, dan alat-alat lain yang membuatku semakin punya banyak alasan untuk berada di tempat tidur lebih lama. Kedua, aku menjadi lebih lemah juga secara mental; mudah tersinggung, cepat marah, dan sifat egois yang makin

Rumah 1

Serial Tulisan Rumah ini saya buat di Bulan Desember 2017 sampai Januari 2018. Rumah ini saya dedikasikan untuk sesuatu yang biasa kalian sebut Rumah. Rumah ini bentuk refleksi dari segala yang melintas di kepalaku. Salah satunya kehampaan dan kekecawaan pada rumahku sendiri. -Verse 1 Apa yang kau sebut rumah? Ketika dikediaman Tanpa mesra dan hangat pelukan. Apa yang kau sebut keluarga? Saat kerabat Tidak menghalau kabut pekat. Rumah meremah tak ramah, Tujuan pulang kehilangan arah. -Verse 2 Rumah jangan sampai menjadi pagar batas, Penghalang kehidupan yang kian ranggas. Rumah Peneduh dari hujan pembeku jiwa yang berkembara. Rumah Pelindung dari terik pembakar raga yang mencari arah Rumah jangan sampai menjadi tombol kendali Penentu nasib bagi pengembara sejati. Rumah Pelipurlara bagi luka dan duka yang menyapa. Rumah Pemberi semangat kala si pengembara lelah melangkah. -Verse 3 Setiap pagi pada pengamatanku Telah ku temui bermacam wewangian; Sisa

Edisi Dewasa #2

#2 Kenthir= Kenthu In Pikir Maaf sebelum dan sesudahnya. Aku sengaja menggunakan kata yang blak-blakan, terkesan vulgar, kotor, buruk atau apalah lagi kesan lainnya. Tujuannya untuk membobol logical-imunity atau pertahanan logika pembaca. Ketika pertahanan logika sudah jebol, nantinya diharapkan kita mampu open-minded/berpikiran terbuka, radikal/berpikir dalam dan menyeluruh, berpikir seimbang, objective viewer, dan endingnya menjadi Self Opened/pribadi yang terbuka/membuka diri. Kenthir alias kenthu in pikir. Inilah prinsip dasar manusia dewasa zaman ini. Kenthu itu bahasa jawa dari senggama/ML/ngentot/bercinta. Nah sekarang mari kita hayati hal ini: Senggama itu soal kebutuhan, keingingan, tujuan, desire, pleasure, necessary, goals, destination, purpose, direction. (Aku tidak akan menjelaskan lebih jauh tentang apa itu kebutuhan, keinginan, dan tujuan. Silahkan cari dan amati masing-masing, sekarang soal kenthu dulu). Senggama jelas suatu kebutuhan karena di tubuh kita ada kelamin

Edisi Dewasa #1

#1 Pedomane Asu Menjadi dewasa bukan sekedar sudah pernah nonton berbagai genre film porno, bukan lantaran pernah mencium bibir dan bagian tubuh lain sang pacar, bukan pula persoalan umur yang sudah melampaui 18 atau 21. Menjadi dewasa juga bukan dilihat karena sudah mampu beli makan sendiri, atau sudah bekerja dengan gaji sekian juta. Atau sudah bisa dikatakan dewasa ketika sudah menikah, punya anak, dan punya cucu. Menjadi dewasa juga bukan ditandai dengan kegalauan akan hal-hal yang semakin rumit. Tidak ada ukuran pasti untuk mengukur kedewasaan, juga tidak ada syarat dan ketentuan bakunya. Sedangkan kita seolah-olah sudah sangat paham tentang apa itu dewasa. Mungkin karena itu kita jadi sering plintir-plintir istilah dewasa. Soal movie, jika umur kita sudah 17 dan bahkan 20 lebih, kita sudah sudah legal menonton 'adult movie' dengan genre 'mature', 'Oral' dan lainnya. Huuup! Sayangnya istilah dewasa diplintir hanya sampai arah sini 'asu-sila' (ped

Setelah Sampai Rumah

Ada orang yang karena sandalnya hilang serasa Lampu mercusuar mencuri pelabuhan pada sampan kehidupannya. Ada orang yang sebelum sampai ke bulan Tidak akan pernah berhenti meneruskan perjalanan. Ada orang yang sebelum tahu isi hati berang-berang Masih tetap berlari dan tak lelah berjuang. Ada orang yang hanya memeluk guling sambil menatap keluar jendela, Enggan melangkah karena terlalu banyak rasa takut pada belukar dan lara. Ada orang yang menangis sambil tertawa kala hujan membasah, Melemparkan ragu secara sporadis tanpa tahu cara berpasrah. Ada orang yang senantiasa mengejar hadiah, Seimbalan serta hak dari segala jerih payah. Ada orang yang suka membangun rumah mewah, Lalu dengan bangga meratakannya kembali dengan tanah. Ada orang yang lebih suka menghabiskan sisa usia di puncak Himalaya Atau memandang gemerlip bintang di samping piramida. Ada orang yang hanya dengan sesuap roti Sudah sangat memberi arti. Ada orang yang muak dengan debu jala