Udara
-Versi 1
Sayang, kamu pernah membayangkan
Jika gunung dijadikan wakil Tuhan
Di dunia?
Melihat ketamakan dan keegoisan kita,
Dia pasti segera menumpahkan
Lahar panas beserta bebatuan
Untuk membumi hanguskan.
atau Laut menjadi wakil Tuhan
Di dunia?
Gelombang pasang dan Tsunami
Pastilah sudah sudah meratakan
Segala congkak dan kesombongan kita.
atau Langit menjadi wakil Tuhan
Di dunia?
Mungkin sudah runtuh sejak lama,
Karena benci dan curiga yang kita bina.
Lalu udara berhenti menyapa.
Untung-sialnya, Tuhan lebih percaya
Pada kita. Manusia.
-Versi 2
Aku tahu kau suka rona mawar,
Sedang aku lebih kagum pada belukar.
Bukan menjadi alasan untuk kita
bertengkar
Pun juga saling mencela.
Sayang, soal kebutuhan kita sama
Karena kita adalah sa-udara.
-Versi 3
Tak peduli kau berada di belahan bumi
mana,
Udara selalu menyatukan kita,
Mengabarkan rindu-rindu kita dengan
gembira.
-Versi 4
Sayang, maafkan aku.
Bukan tamparanmu dan geliat marahmu
Yang aku takutkan dari menyakitimu
Adalah udara berhenti membelai nyawa.
Berarti, kita berhenti saling cinta.
-Versi 5
Selama se-udara adalah saudara.
Udara menyapa tanpa bertanya.
MAN. Berintan, November 2016
Komentar
Posting Komentar