Menjadi Pahlawan

Menurut ceritanya, untuk bisa menjadi pahlawan, harus rela berkorban. Maju di garis terdepan. Maju terus pantang mundur. Kalau bisa, tumbang di medan perang, tertusuk tombak atau pedang, atau dihujani panah atau machine-gun. Harus, iya mungkin darah harus mengucur ke tanah atau peluh bercampur peluru, keringat dan lelah larut bersama mesiu. 

Menjadi pahlawan itu tidak ada untung apa-apa. Memang tampak gagah dengan baju zirah di atas kuda sejenis black caviar. Perisai di tangan kiri, dan pedang terbaik buatan empu terbaik di tangan kanan. Ratusan tahun kemudian dijadikan patung atau lukisan di musium yang anak remaja sekarang sudah tidak tertarik mengunjunginya.

Menjadi pahlawan itu berat dan hanya bisa ditempuh oleh orang hebat. Hebat karena rela mengorbankan apapun termasuk yang paling berharga baginya, yakni nyawa. Tidak hanya sekedar ternak seperti ayam, kambing, atau sapi. Pengorbanan seorang pahlawan tidak diukur oleh jumlah nominal. Namun kerelaan hati melepaskan sesuatu yang baginya berharga demi kehormatan dan kemaslahatan. Memang menjadi pahlawan itu akan selalu dikenang jika menang perang. Jika kalah, lain cerita. Tetapi paling tidak sudah berusaha.

MAN. Berintan, Agustus 2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mari Bermain Tarik-Tarikan #2

Kisah Cinta

Pendakian

Alasan Mencintaimu

Surat Terakhir

Rumah 2

Sejak Aku Mencintaimu

Setelah Sampai Rumah

Ketika Mempuisikan Kamu

Keinginanku dan Keinginanmu