Mungkin kamu bertanya, apa sih manfaatnya Law of Attraction (seperti yang sudah aku sebutkan sebelum ini ) dalam kehidupan nyata? Hanya teori tidak jelas yang belum tentu juga kebenarannya. Sekarang aku bertanya sama kamu, apa manfaatnya law of gravitation dalam kehidupan nyata? Bukankah itu juga hanya teori? Bukan orang Islam pula yang menemukannya. Bayangkan kalau teori gravitasi tidak ada manfaatnya dalam kehidupan nyata. Kita semua akan mengambang, boro-boro mau ngeceng gebetan memamerkan motor keluaran terbaru. Untuk berdiri dan melangkah saja kita tidak bisa. Gravitasi adalah penyebutan atau penamaan oleh seseorang yang rela memikirkan hal itu. Sebelum teori gravitasi dikemukakan pun, daya magnet bumi sudah ada. Sedikit saja agar kamu tidak kagetan pada kata ‘teori’. Teori hanyalah penyebutan atau penamaan sesuatu. Tidak lebih, tidak kurang. Kamu pun bebas berteori. Ketika kamu berteori akan sesuatu, kamu bisa menjelaskan sesuatu itu paling tidak untuk dirimu sendi
AH! Aku kira kisah percintaanku sudah selesai, atau jangan-jangan belum dimulai sama sekali. Sedang cinta telah berkali-kali menyapa, Sesekali datang dengan irama terbaiknya, Sesekali hanya mendendangkan suara-suara keraguan. Tidak terlalu berlebihan jika merasa kegerahan, Karena mulut sudah enggan mengucap sumpah. Aku selalu saja mengatakan Kalau cinta dan percintaan itu berbeda sama sekali. Tetapi tetap saja ketika cinta mengalun Entah sumbang atau merdu Aku ingin sekali segera mencumbumu Atau segera melepaskanmu. AH! Kamu datang, menghentikan gerak tanganku. Segera aku pungut kembali sisa mimpi semalam, dalam mimpiku, ketika sinar mentari hanya mengintip dari sela-sela mendung, dan mendung belum berani menyimpulkan hujan, hanya sedikit bercengkrama dengan angin. Akan tetapi mendung tidak lantas pergi dan tetap berdiam di tempat malah selayak manaungi, tepat di atasku yang terpana menatapmu yang melangkah menghampiriku. Kamu tidak berhasil menyembun
Jika kau punya satu-dua alasan Untuk mengabaikan cintaku. Maaf sebelumnya, Aku terlalu banyak alasan. Terlalu banyak alasan untuk mencintaimu, Yang ketika hilang satu-dua alasan, Masih banyak alasan lain untuk tetap selalu mencintaimu. MAN. Berintan, Mei 2016
Aku ingin menuliskan sebuah kisah cinta dramatis. Semesial seteguk racun yang Menghantarkan Juliet-Romeo menuju keabadian Cinta mereka, atau Kebodohan Thisbe-Pyramus melihat kenyataan. Bisa juga selayak air mata mahal Shah Jahan yang menjelma Taj Mahal Demi mengengang Mumtaz terkasihnya. Sayang disayang, aku tidak mampu sedramatis mereka. Paling tidak kisah-cintaku masih segairah Julaikha, Dan tidak senaif Yusuf. Semoga tidak sekotor Guinevere yang Jatuh pada kubangan selingkuh Lancelot. Satu yang pasti, Kisah-cintaku sejujur Anarkali-Salim. Tidak securung Roro Jonggrang terhadap Bandawasa. Dari semua itu, Aku selalu saja kagum pada tulusnya Kisah-cinta penelope dan Odiseus. Kisah-cinta pun harus penuh tawa seperti Milea dan Dilan. Karena setiap kisah dan cinta tidak akan bisa Dibanding-bandingkan. MAN. Berintan, April 2017
Aku tuliskan surat ini. Ketika aku menyadari, ada beberapa hal yang tidak harus diikut sertakan untuk melanjutkan hidup. Ketika aku menyadari, ada bagian dari dalam diri yang aku harus rela lepaskan untuk meringankan langkah menuju masa depan yang aku maupun kamu tidak akan pernah tahu seperti apa. Ketika aku menyadari, jika dengan menggendong harapan untuk bisa bersamamu memberatkan langkahku, maka aku harus rela melepaskan harapan itu pula. Aku akui, aku mencintaimu. Dengan berbagai macam alasan mendasar, aku berhasil menumbuh-kembangkan cintaku padamu. Bisa jadi, cintaku padamu tak lekang oleh waktu. Cintaku padamu pasti awet, dalam setiap goresan rasa yang tertuang dalam puisi-puisi, dalam sajak-sajak yang aku yakin usianya lebih panjang dari usiaku. Cintaku padamu terwakili oleh ribuan kata yang sempat dan yang tidak sempat aku curahkan padamu. Sajak-puisi yang aku ingin seluruh makhluk bumi membacanya, lalu menyimpulkan, bahwa ada seorang laki-laki yang mencintaimu begit
Aku hanya mencoba membuat hidup menjadi lebih sederhana. Seperti jika hanya untuk membuang penat tak perlu harus ke Bali atau Karimun dan menambah masalah baru setelahnya. Termasuk keinginanku mengunjungi rumahmu. Agar keinginan ini tidak mengganggu hari-hariku, apalagi saat malam hari sebelum tidur. Maka aku harus ke rumahmu. Aku harap kamu maklum. Setelah itu, bahkan aku belum merencanakannya. Jika begini, entah aku harus menghardik atau memuji Kartini, Aminah Wadud, serta Jeanne d'Arc. Karena mereka memperjuangkan agar wanita bisa dan berani mengambil keputusan. Lalu apa yang membuat kamu berat mengambil keputusan, dengan sekalimat jawaban, "Silahkan datang ke rumahku, aku tunggu." Aku pun maklum dengan caramu menolak. Entah alasan karena aku tampak memikat, atau karena aku hanya alenia yang tak perlu kamu simak, atau karena alasan lain yang apa aku tidak mau menduganya, yang pada akhirnya keputusanmu, kamu ingin aku jangan sampai mengetuk pintu rumahmu. Keinginank
Rumah – Dalam Renovasi Setelah sekian lama terjalin hubungan dengan para tetangga; ada yang berjalan dengan kebanggaannya, ada yang berjualan keperluan harian, dan ada yang senang menyendiri. Bisa sekiranya disimpulkan bahwa, mungkin karena adanya rumah, aku sebagai manusia menjadi lemah. Pertama, aku menjadi lebih lemah secara fisik; aku lebih rentan pada cuaca dingin dan juga terik. Aku lebih mudah terkena influenza, aku lebih mudah terpapar debu lalu menjadi gumpalan dahak dalam paru-paru, aku juga lebih mudah tergores benda-benda yang sebetulnya tidak terlalu berbahaya. Tubuh ku menjadi lebih manja. Ya meskipun ini semua adalah hasil evolusi industri yang besar-besaran; seperti kendaran yang mengurangi kerja otot, internet dan computer yang mengurangi kerja otak, dan alat-alat lain yang membuatku semakin punya banyak alasan untuk berada di tempat tidur lebih lama. Kedua, aku menjadi lebih lemah juga secara mental; mudah tersinggung, cepat marah, dan sifat egois yang makin
-Langit Kamu boleh membayangkanku seindahmu. Kuncup bunga yang sedang mekar menegaskan wangimu atau hujan basah memberikan tanahmu rasa segar. Silahkan kamu menyebutku apa saja. Rona senja yang memberimu kehangatan atau pelangi yang membenarkan indah warnamu. Kamu boleh menganggapku semanis kamu mau. Semerdu nyanyian alam semesta atau secerah mentari menghilangkan resah. Kamu boleh memanggilku samudera yang sedia menampung suka-dukamu. Namun, aku akan memanggilmu langit, yang menyelimutiku dengan kasih-sayangmu. MAN. Berintan, September 2017 -Langit Hari #1 Langit Malam Aku suka saat kamu gelap seperti sekarang. Karena gelapmu menyinari diri yang dikira terang benderang. MAN. Berintan, September 2017 #2 Langit Pagi Hangat dan syahdu, basah embun bertalu-talu mereda sendu sejak shubuh lalu. Pilu yang membiru masih terlelap di balik kelambu. Hangat dan syahdu, kupu-kupu mendendangkan harapan melagu, penjual sarapan memberi tahu jika embun membas
Jangan mentang-mentang sudah punya nyawa, lalu dikira semena-mena itu dibolehkan. Mengirimkan pesan seenaknya, memaksa tersampaikan, dibaca, dan direspon secepatnya. Bisa saja dia, mereka atau aku tidak tertarik sama sekali pada topik dalam pesanmu. Bahkan bisa saja, dia, mereka, atau aku sudah hampir tak peduli dengan esok apa yang akan terjadi, lihat esok. Sekarang waktunya pendakian. Menuju ketinggian untuk mengukur betapa kita sudah terlalu merasa tinggi dan merasa besar. Betapa kita sudah terlalu banyak bicara, dan berjanji. Belum lagi tingkah laku kita yang sering tidak sejalan dan searah dengan tujuan kita sebenarnya. Pesan-pesanmu sebenarnya bukan tidak tersampaikan. Hanya mungkin belum saja ada alasan untuk membalasnya. Betapa kita terlalu sering memberi makan burung untuk kita tangkap burung itu. Pernah kamu berpikir meberi makan burung untuk membiarkan burung tersebut hidup selayaknya burung? Bebas, terbang dengan sayapnya, hinggap kesana-kemari, mencari makan, dan berkemba
Ada orang yang karena sandalnya hilang serasa Lampu mercusuar mencuri pelabuhan pada sampan kehidupannya. Ada orang yang sebelum sampai ke bulan Tidak akan pernah berhenti meneruskan perjalanan. Ada orang yang sebelum tahu isi hati berang-berang Masih tetap berlari dan tak lelah berjuang. Ada orang yang hanya memeluk guling sambil menatap keluar jendela, Enggan melangkah karena terlalu banyak rasa takut pada belukar dan lara. Ada orang yang menangis sambil tertawa kala hujan membasah, Melemparkan ragu secara sporadis tanpa tahu cara berpasrah. Ada orang yang senantiasa mengejar hadiah, Seimbalan serta hak dari segala jerih payah. Ada orang yang suka membangun rumah mewah, Lalu dengan bangga meratakannya kembali dengan tanah. Ada orang yang lebih suka menghabiskan sisa usia di puncak Himalaya Atau memandang gemerlip bintang di samping piramida. Ada orang yang hanya dengan sesuap roti Sudah sangat memberi arti. Ada orang yang muak dengan debu jala
Komentar
Posting Komentar