Atau Siapa

Pernah, semula aku bosan menjadi melankolis. Aku berinisiatif memperbanyak minum susu dan sejenisnya untuk merangsang produksi lendir. Pada awalnya cukup menyenangkan. Aku merasa seperti Mandela, atau Gandhi yang meneduhkan. Menjadi plegmatis dengan segala hembusan lembutnya, memang cukup sulit untuk dicermati.

Sedang kan siapa yang bukan aku yang bukan siapa-siapa ini. Terkagum menyaksikan siapa dengan dominasi chole di dalam tubuhnya. Bagaikan Leonidas, pemimpin pasukan Spartan di atas mimbar.

Mungkin aku juga perlu memperbanyak makan daging, agar paling tidak produksi sanguis dalam tubuhku meningkat. Bayanganku adalah Fidel Castro, eh malah lebih dekat ke Mussolini yang Megalomaniak. Aku berpikir ulang. Bagaimana jadinya jika sedang musim kemarau? Bermandi keringat saja sudah cukup membuat risih, apalagi jika harus mengikuti siapa yang detak jantungnya 2x atau bahkan 3x lebih cepat dari detak jantungku.

Tidak, sia-sia juga aku yang bukan siapa-siapa ini, terus menerus mengejar agar melampaui siapa yang bukan siapa-siapa juga.

Seorang yang siapa-siapa di tepi sungai, yang rumahnya dekat dengan pohon sukun, randu, dan pekarangan bambu sempat pernah membisikan rahasia padaku.

"Kau pergilah ke supermarket terdekat, belilah satu stel pakaian dengan model Timur Tengah, satu stel pakaian ala Eropa, dan satu stel pakaian aparatur negara. Pakailah saat kondisi dan waktu yang tepat. Itu kau akan jadi siapa-siapa."

"Perbanyak omong soal hal yang kau sendiri tak terlalu mengetahuinya. Pasti kau akan dapat tepuk tangan. Karena siapa-siapa harus ada gemuruh tepuk tangan setelah mulutnya berhenti bicara."

Aku manggut-manggut. Namun aku sendiri tidak begitu yakin aku mengerti atau tidak.

Siapa yang bukan siapa-siapa itu menemuiku di teras rumahnya. Dengan satu stel pakaian dinas ala pemerintah. Sumpah aku tertawa! Eh dia marah.

Aku bingung, kenapa dia marah? Lebih bingung lagi, kenapa aku tertawa?

MAN. Berintan, Juli 2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mari Bermain Tarik-Tarikan #2

Kisah Cinta

Pendakian

Alasan Mencintaimu

Surat Terakhir

Sejak Aku Mencintaimu

Setelah Sampai Rumah

Ketika Mempuisikan Kamu

Keinginanku dan Keinginanmu

Mari Bermain Tarik-Tarikan #7