Kesan Pertama

Perbincangan singkat seorang lelaki rupawan dengan perempuan di atas tanah becek yang sudah mengering karena ternyata aspal tak pandai menyerap air.

"Aku pernah hampir tidak percaya pada cinta pertama. Namun aku kembali percaya sejak aku bertemu denganmu."

Dengan seringai di bibir perempuan yang sebenarnya berparas ayu itu:
"Apa Maksudmu? Kau sedang merayuku? Paling tidak, aku menolak lelaki berseragam Pegawai Negeri Sipil jumat lalu. Kamu merayuku hanya dengan sekalimat kata-kata klise dan berharap aku terkesan?"

Lelaki rupawan itu, antusias:
"Betul, itulah. Kesan. Kesan tidak bisa lepas dengan kenangan. Kesan muncul sebelum dan setelah kenangan. Seperti mendung berganti hujan, setelah hujan mendung menghilang. Cinta pada pandangan pertama adalah kesan yang langsung menjadi kenangan. Meskipun bukan sebuah keniscayaan sejati. Kamu setuju? Aku tak peduli jawabanmu. Kau tidak terkesan padaku pun merupakan kesan dari kenangan. Betul. Ini aku serius...."

Bagai pada ranting kering perempuan memotong kalimat lelaki itu:
"Aku juga serius, jangankan cinta, sama sekali aku tidak terkesan denganmu."

Lelaki itu semakin antusias:
"Itulah. Kita berdua sama. Kenanganmu yang berisi, paling tidak lelakimu harus berlevel di atas Pegawai Negeri Sipil, menolak kesanku. Kesanmu akan berbeda jika aku menyapamu dari dalam Honda Brio, atau Mazda. Kita sama. Aku, aku selalu terkesan dengan wanita berparas sepertimu, dengan posisi tulang pipi sempurna, hidung mungil, bibir ranum, payudara menempel dengan godanya, serta pinggul persisi dengan bentuk kaki. Ketika kesemuanya dibalut dengan pakaian serba ketat, sempurnalah sudah. Otak cerdas anggaplah bonus. Akan berbeda pula ketika kamu berpakaian ala suster lengkap dengan penutup kepala serta atribut keagamaan yang membuatku keder padamu, bahkan hanya sekedar untuk terkesan."

Seriangi di bibir perempuan berbuah cibir:
"Kamu bajingan dari mana, sebentuk rupawan namun tak mengesankan?"

Lelaki itu tampak merah padam:
"Tawaranku sederhana, aku terkesan denganmu, bahkan mungkin jatuh cinta padamu. Aku ingin mengajakmu sebentar menikmati kelapa muda dengan siraman gula aren sambil menghitung berapa kira-kira kecepatan awan. Atau, berikan aku alamat rumahmu. Sehingga sebelum burung gagak menjemput petang, aku sudah tepat berada di depan pintu rumahmu."

"Oleh karena kita berdua sama. Barangkali, setelah ini. Lebih baik kita bersepakat untuk mengambil rute jalan pulang bebeda."
Perempuan ayu itu melenggang dengan tenang.

Lelaki rupawan itu mematung tersenyum, semakin diserbu badai kagum yang dia sebut dengan cinta.
............

MAN. Berintan, Juli 2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mari Bermain Tarik-Tarikan #2

Kisah Cinta

Pendakian

Alasan Mencintaimu

Surat Terakhir

Sejak Aku Mencintaimu

Setelah Sampai Rumah

Ketika Mempuisikan Kamu

Keinginanku dan Keinginanmu

Mari Bermain Tarik-Tarikan #7