Kopi Hari Ini

"Tidak ada kopi yang tidak enak, adanya kita membandingkan kopi hari ini dengan kopi hari kemarin." itulah sealenia dari seorang saparuh baya, kala matahari sudah mulai condong ke arah barat. Dia melanjutkan. "Setahuku tidak ada tombol rewind maupun faster yang menempel di kolong tempat tidur. Untuk sekedar memutar kembali kejadian yang sudah lalu. Saat rimbun pohon belimbing dan melinjo masih menggenapi rumah, atau saat menikmati hidangan kambing muda yang dipotong kecil-kecil dibuat menjadi sate. Maupun mempercepat laju waktu yang kadang seperti tendem roller atau truk gandeng dengan muatan beton naik ke tanjakan. Sangat pelan. Namun kadang juga seperti kuda black caviar atau jet supercepat Russia.

Seringkali, waktu membeku di atas kasur lengkap dengan bantal. Sebelum daya nalar dan logika kita menghancurkannya. Menjamu kita dengan sarapan penuh kenangan dan toping traumatik menghias di atasnya bagai taburan keju atau coklat. Banyak jenis penyakit yang menanti jika kita terlalu berlebih menyantap hidangan tersebut. Menawarkan ketakutan berpakaian mimpi atau harapan masa depan yang selalu kita kejar, namun entah masa depan itu kapan akan datang. Bisa jadi masa depan tidak akan pernah datang.

Pahit dan manis hanya soal lidah. Indah dan buruk urusan mata. Sejuk dan hangat bagiannya kulit. Wangi dan busuk adalah tanggung jawab hidung. Bising dan merdu adalah tugas telinga. Merekalah pintu-pintu kenangan. Sedangkan perut dan kelamin adalah advokat bagi masa depan. Hanya detak jantung dan pertukaran udara di avelous yang memberi tahu kita bahwa hidup adalah tentang saat ini. Yang paling rawan adalah kita seperti hanya megandalkan sampan di tengah samudra yang disebut waktu. Sisi kanan dan depan kita adalah masa depan, dan sisi kiri dan belakang kita adalah masa lalu." seorang paruh baya itu terdiam penuh permenungan. Sedangkan aku, masih bingung dan tidak bisa menerima, jika ternyata kopi yang saat ini aku minum tidak seenak kopi waktu itu. Atau kopi waktu itu yang membuat kopi saat ini tidak enak. Bangsat! Benar juga si tua ini.

MAN. Berintan, Agustus 2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mari Bermain Tarik-Tarikan #2

Ketika Mempuisikan Kamu

Alasan Mencintaimu

Kisah Cinta

Surat Terakhir

Keinginanku dan Keinginanmu

Rumah 2

Tentang Langit #1

Pendakian

Setelah Sampai Rumah